
Pada awalnya, Datuk ri Bandang berdakwah di Makassar (Kerajaan Gowa, Sulawesi), tapi karena situasi masyarakat yang belum memungkinkan dia pergi ke Kutai (Kerajaan Kutai, Kalimantan), dan melaksanakan syiar Islam bersama temannya, Tuan Tunggang Parangan di kerajaan tersebut. Namun akhirnya dia kembali lagi ke Gowa karena melihat kondisi yang juga belum kondusif. Temannya, Tuan Tunggang Parangan tetap bertahan di Kutai, dan akhirnya berhasil mengajak Raja Kutai (Raja Mahkota) beserta seluruh petinggi kerajaan masuk Islam.
Setelah kembali lagi ke Makassar, Datuk ri Bandang bersama dua saudaranya Datuk Patimang dan Datuk ri Tiro menyebarkan agama Islam dengan cara membagi wilayah syiar mereka berdasarkan keahlian yang mereka miliki dan kondisi serta budaya masyarakat Sulawesi Selatan atau Bugis/Makassar ketika itu. Datuk ri Bandang yang ahli fikih berdakwah di Kerajaan Gowa dan Tallo, sedangkan Datuk Patimang yang ahli tentang tauhid melakukan syiar Islam di Kerajaan Luwu, sementara Datuk ri Tiro yang ahli tasawuf

Pada mulanya Datuk ri Bandang bersama Datuk Patimang melaksanakan syiar Islam di wilayah Kerajaan Luwu, sehingga menjadikan kerajaan itu sebagai kerajaan pertama di Sulawesi Selatan, Tengah dan Tenggara yang menganut agama Islam. Kerajaan Luwu merupakan kerajaan tertua di Sulawesi Selatan dengan wilayah yang meliputi Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur serta Kota Palopo, Tana Toraja, Kolaka (Sulawesi Tenggara) hingga Poso (Sulawesi Tengah).
Dengan pendekatan dan metode yang sesuai, syiar Islam yang dilakukan Datuk ri Bandang dan Datuk Patimang dapat diterima Raja Luwu dan masyarakatnya. Bermula dari masuk Islam-nya seorang petinggi kerajaan yang bernama Tandi Pau, lalu berlanjut dengan masuk Islam-nya raja Luwu yang bernama Datu' La Pattiware Daeng Parabung pada 4-5 Februari 1605, beserta seluruh pejabat istananya setelah melalui dialog yang panjang antara sang ulama dan raja tentang segala aspek agama baru yang dibawa itu. Setelah itu agama Islam-pun dijadikan agama kerajaan dan hukum-hukum yang ada dalam Islam-pun dijadikan sumber hukum bagi kerajaan.
Setelah Raja Luwu dan keluarganya beserta seluruh pejabat istana masuk Islam, Datuk ri Bandang pergi dari Kerajaan Luwu menuju wilayah lain di Sulawesi Selatan dan kemudian menetap di Makassar sambil melakukan syiar Islam di Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng. Dakwah Islam yang dilaksanakan Datuk ri Bandang akhirnya juga berhasil mengajak Raja Gowa, I Manga'rangi Daeng Manrabia dan Raja Tallo, I Malingkang Daeng Manyonri beserta rakyatnya masuk Islam. Malingkaan Daeng Manynyonri,bersedia memeluk Islam. Dia merupakan orang pertama di Sulsel yang memeluk Islam melalui pengaruh Datuk Ribandang. Oleh karena itu pula Kerajaan Tallo sering disebut-sebut sebagai pintu pertama Islam di daerah ini. Penerimaan Islam secara resmi oleh Raja Tallo ini terjadi pada malam Jum’at 9 Jumadil Awal 1014 H /atau 22 September 1605 M. Setelah Raja Tallo memeluk Islam, menyusul Raja Gowa XIV Sultan Alauddin yang mengucapkan dua kalimat syahadat. Setelah proses pengislaman berlangsung di kalangan istana, Raja Gowa kemudian secara resmi mengumumkan bahwa Kerajaan Gowa dan seluruh daerah kekuasaannya resmi beragama Islam. Sejak saat itu pula, Datuk Ribandang diberi keleluasaan untuk mengajarkan Islam kepada rakyat Gowa-Tallo.


0 komentar:
Posting Komentar